Triari Istiwardani Juara Nasional Wiraniaga



Siapa menyangka, putri cantik ini harus menitikan air matanya karena perasaan kesal, lelah dan rasa penolakan. Semuanya   menjadi satu berkecamuk di dadanya. Ketika masih dalam suasana  lebaran tahun 2002, ia harus memenuhi keinginan orang tuanya untuk segera berangkat dari Purbalingga kembali ke  Semarang.  Ia berangkat  ke Semarang untuk test di sebuah bank plat merah. “Pokoknya harus berangkat malam itu juga karena besok pagi ada test, kata bapak”  ungkap Triari Istiwardani dengan mata berkaca-kaca mengingat peristiwa itu.  Dani demikian nama panggilan sehari-hari , menyebut peristiwa itu sebagai pengalaman yang tak terlupakan.   Ia membayangkan sulitnya sebagai seorang anak gadis, menunggu bus  jurusan Purwokerto– Semarang sejak jam 17:00  dan baru  berangkat pada jam 22:00 dari stanplat bus Purbalingga.   Penumpang bus membludak karena suasana lebaran, H+7.   “Bus penuh sesak, sehingga ketika saya naik, hanya kaki sebelah berada di dalam bus dan  baru di Wonosobo saya bisa masuk kedalam bus,  dan sampai Semarang pada jam 03 pagi”  Ia kesal karena sesungguhnya ia tidak pernah berminat menjadi pegawai bank.

Pada tahun 2003  Dani bergabung dengan Nasmoco Kaligawe. Namun selalu ada gejolak dalam diri karena pembawaannya rendah diri aias minder dalam menghadapi customer.  Bahkan demikian parah mindernya, sehingga ketika ia ditunjuk mewakili Nasmoco untuk kontes Wiraniaga Nasional,  berulang kali ia menangis dan mengajukan keberatan. Namun Arum suami Dani  yang sudah kenal sejak SMA tahu cara mengatasinya.  “Beruntung saya punya suami yang sangat mengerti diri saya. Ia mendorong dan selalu mengatakan saya pasti bisa dan membantu saya sepenuhnya. Kalau sekarang saya dikatakan sebagai wanita sukses, jujur saya harus mengatakan keberhasilan saya  karena  kehebatan suami yang  memotivasi saya” ungkap Dani

 “Saya takut direksi kecewa. Maka pada bulan Desember 2012, ketika saat ditunjuk   untuk contest, pikiran saya blank . Semua pengetahuan yang pernah dapat di training hilang. Saya sampai sakit karena beratnya beban. Seiring dengan itu  order saya yang mencapai 38 unit menyita waktu. Saya baru menyadari, paling berat dalam contest adalah mengalahkan diri sendiri” katanya.
Akan tetapi,  Arum Sigit Raditya suaminya mengenal Dani lebih baik. Pelan tapi pasti ia membangkitkan percaya diri Dani. Ia  membuat  bahan presntasi yang tidak dilakukan oleh kontestan lainnya. Ia melatih  SPWA pada hari minggu di show room Nasmoco Kaligawe dan  menjelaskan Product Knowledge sesuai kebutuhan pelanggan. “Camry customer diminta duduk dibelakang karena nyamannya disitu dan umumnya menggunakan driver, kata suami saya” jelas Dani.

Buku yang dibawa Dani menurunkan PD peserta lainnya. Beberapa dari mereka mengatakan, tidak terpikirkan untuk membuat  bahan presentasi seperti itu. Yang mereka lakukan adalah  terus berlatih dan menghapal. Bahkan sering harus meniru  sikap prilaku temannya yang penah juara. Ini tentu memberatkan dan bisa menciptakan kepalsuan yang pada akhirnya terdeteksi juri sebagai sebuah kebohongan.  Ada kontestan  yang selama sebulan tidak berjualan dan hanya konsentrasi pada latihan, yang akhirnya tampak tidak sebagai aktivitas harian sesungguhnya.

Dari ucapan-ucapan juri, Dani menangkap makna bahwa yang dicari dari contest bukan peserta yang bisa menjualnya banyak, atau yang dihinggapi ambisi besar sampai mengorbankan keluarga dan kesehatannya. Tetapi yang dicari adalah mereka yang memiliki ide baru dan pengalaman yang inspiratif.  Maka ketika hal serupa ditanyakan kepadanya, Dani menjawab: ”Saya memang menjual 470 setahun, tetapi jam 17:00  saya sudah pulang untuk menemani anak-anak. Hanya saya  minta ijin pada suami agar HP tidak dimatikan.  Di tanya, kalau ada mobil mogok apakah saya datang. Jawab saya, tidak perlu karena saya tidak tahu tentang teknik. Tetapi  yang  saya kerjakan adalah minta bantuan  ke bengkel  jaga dan besoknya  saya follow.  Saya juga tidak berambisi menjadi supervisor, karena nanti semakin tidak ada waktu untuk keluarga. Kesan saya, jawaban yang disiapkan, tidak ada gunanya. Karena juri akan tahu kalau kita berbohong. Menjawab dengan  gaya bicara dan  meniru orang lain justeru menjadi cebakan” ungkap Dani

Ketika juri menyebut nama juara 3 dari Plaza Toyota dan  juara 2 dari Auto 2000,  ia tenang saja.  “Namun waktu nama saya disebut langsung saya berteriak  Allahu Akbar. Saya tidak tahu lagi, air mata tumpah, kegembiraan dan keharuan seperti menyumbat kerongkonganku. Di depan panggung saya melihat deretan direksi NRM yang menampakan wajah gembira.  Saya dengar teriakan keras dari Pak Hanafi, lalu ada yang datang menyalami saya. Piala yang saya pegang rasanya berat sekali, sehingga perlu dipegang dengan dua tangan. Sesuatu yang saya tidak pernah impikan.  Sekarang saya plong, karena  tidak membuat malu direksi. Terima kasih untuk teman-teman khususnya Pak Hanafi, Pak Fadly dan Mas Rahmat yang sangat membantu saya serta suami saya, Mas Arum”  ungkap Dani yang akhirnya menjadi juara satu dari 11 orang peserta.

 “Saya merasa bekerja di Nasmoco adalah sebuah keajaiban luar biasa. Sekarang saya sudah memiliki rumah, mobil dan pendapatan yang besar dan lebih penting lagi anak dan suami menyayangi saya. Selama 10 tahun saya bermimpi untuk naik panggung tetapi tidak pernah terjadi, sekarang Allah SAW memberi bukan panggung tingkat regional tetapi nasional. Menjelang contest saya menderita sakit yang saya anggap sebagai sebuah teguran dari Atas.  Maka sekarang tinggal niat saya untuk ,  setia pada sholat, beramal bagi orang kurang mampu dan berbakti kepada orang tua”  ucap ibu dari Callysta Alya Davina  dan Athaya  Alya Azzahra  masih di play group. (Martin Teiseran, www.bengkelgratis.com  http://nasmocohabit.blogspot.com )  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Presdir PT NRM pada 52 tahun PT NRM