Triari Istiwardani Juara Nasional Wiraniaga
Pada tahun 2003
Dani bergabung dengan Nasmoco Kaligawe. Namun selalu ada gejolak dalam
diri karena pembawaannya rendah diri aias minder dalam menghadapi
customer. Bahkan demikian parah mindernya,
sehingga ketika ia ditunjuk mewakili Nasmoco untuk kontes Wiraniaga Nasional, berulang kali ia menangis dan mengajukan keberatan.
Namun Arum suami Dani yang sudah kenal
sejak SMA tahu cara mengatasinya. “Beruntung
saya punya suami yang sangat mengerti diri saya. Ia mendorong dan selalu mengatakan
saya pasti bisa dan membantu saya sepenuhnya. Kalau sekarang saya dikatakan
sebagai wanita sukses, jujur saya harus mengatakan keberhasilan saya karena kehebatan suami yang memotivasi saya” ungkap Dani
“Saya takut direksi
kecewa. Maka pada bulan Desember 2012, ketika saat ditunjuk untuk
contest, pikiran saya blank . Semua pengetahuan yang pernah dapat di training
hilang. Saya sampai sakit karena beratnya beban. Seiring dengan itu order saya yang mencapai 38 unit menyita waktu.
Saya baru menyadari, paling berat dalam contest adalah mengalahkan diri sendiri”
katanya.
Akan tetapi,
Arum Sigit Raditya suaminya mengenal Dani lebih baik. Pelan tapi pasti
ia membangkitkan percaya diri Dani. Ia membuat
bahan presntasi yang tidak dilakukan
oleh kontestan lainnya. Ia melatih SPWA
pada hari minggu di show room Nasmoco Kaligawe dan menjelaskan Product Knowledge sesuai kebutuhan
pelanggan. “Camry customer diminta duduk dibelakang karena nyamannya disitu dan
umumnya menggunakan driver, kata suami saya” jelas Dani.
Buku yang dibawa Dani menurunkan PD peserta lainnya. Beberapa
dari mereka mengatakan, tidak terpikirkan untuk membuat bahan presentasi seperti itu. Yang mereka
lakukan adalah terus berlatih dan
menghapal. Bahkan sering harus meniru
sikap prilaku temannya yang penah juara. Ini tentu memberatkan dan bisa
menciptakan kepalsuan yang pada akhirnya terdeteksi juri sebagai sebuah
kebohongan. Ada kontestan yang selama sebulan tidak berjualan dan hanya
konsentrasi pada latihan, yang akhirnya tampak tidak sebagai aktivitas harian
sesungguhnya.
Dari ucapan-ucapan juri, Dani menangkap makna bahwa
yang dicari dari contest bukan peserta yang bisa menjualnya banyak, atau yang dihinggapi
ambisi besar sampai mengorbankan keluarga dan kesehatannya. Tetapi yang dicari
adalah mereka yang memiliki ide baru dan pengalaman yang inspiratif. Maka ketika hal serupa ditanyakan kepadanya,
Dani menjawab: ”Saya memang menjual 470 setahun, tetapi jam 17:00 saya sudah pulang untuk menemani anak-anak.
Hanya saya minta ijin pada suami agar HP
tidak dimatikan. Di tanya, kalau ada
mobil mogok apakah saya datang. Jawab saya, tidak perlu karena saya tidak tahu
tentang teknik. Tetapi yang saya kerjakan adalah minta bantuan ke bengkel jaga dan besoknya saya follow.
Saya juga tidak berambisi menjadi supervisor, karena nanti semakin tidak
ada waktu untuk keluarga. Kesan saya, jawaban yang disiapkan, tidak ada gunanya.
Karena juri akan tahu kalau kita berbohong. Menjawab dengan gaya bicara dan meniru orang lain justeru menjadi cebakan” ungkap
Dani
Ketika juri menyebut nama juara 3 dari Plaza Toyota dan
juara 2 dari Auto 2000, ia tenang saja. “Namun waktu nama saya disebut langsung saya
berteriak Allahu Akbar. Saya tidak tahu
lagi, air mata tumpah, kegembiraan dan keharuan seperti menyumbat
kerongkonganku. Di depan panggung saya melihat deretan direksi NRM yang
menampakan wajah gembira. Saya dengar teriakan
keras dari Pak Hanafi, lalu ada yang datang menyalami saya. Piala yang saya
pegang rasanya berat sekali, sehingga perlu dipegang dengan dua tangan. Sesuatu
yang saya tidak pernah impikan. Sekarang
saya plong, karena tidak membuat malu direksi.
Terima kasih untuk teman-teman khususnya Pak Hanafi, Pak Fadly dan Mas Rahmat
yang sangat membantu saya serta suami saya, Mas Arum” ungkap Dani yang akhirnya menjadi juara satu
dari 11 orang peserta.
“Saya merasa bekerja
di Nasmoco adalah sebuah keajaiban luar biasa. Sekarang saya sudah memiliki
rumah, mobil dan pendapatan yang besar dan lebih penting lagi anak dan suami
menyayangi saya. Selama 10 tahun saya bermimpi untuk naik panggung tetapi tidak
pernah terjadi, sekarang Allah SAW memberi bukan panggung tingkat regional
tetapi nasional. Menjelang contest saya menderita sakit yang saya anggap
sebagai sebuah teguran dari Atas. Maka sekarang
tinggal niat saya untuk , setia pada
sholat, beramal bagi orang kurang mampu dan berbakti kepada orang tua” ucap ibu dari Callysta Alya Davina dan Athaya
Alya Azzahra masih di play group.
(Martin Teiseran, www.bengkelgratis.com http://nasmocohabit.blogspot.com )
Komentar
Posting Komentar